Next posting kali ini adalah mengenal perbedaan potensio linier dan logaritmik. Mungkin saya dan juga rekan-rekan masih belum tahu dan bertanya-tanya apa sih potensio linier dan potensio logaritmik atau (potensio log) itu? Selama ini mungkin kita hanya mengenal potensiometer sebatas fungsinya untuk mengatur volume, bass, middle, treble, gain, dll. Dan ternyata dibalik itu semua, potensio ada banyak macamnya, dengan karakteristik fungsinya masing-masing. Kedua jenis potensio diatas mempunyai perbedaan karakteristik resistansi terhadap putaran potensiometer. Apa saja perbedaan dari kedua potensiometer diatas? Simak lebih lanjut.
Kali ini kita akan mencoba memperluas pandangan kita dan mempelajari tentang potensiometer. Mungkin Anda sudah tahu, bahwa potensiometer adalah salah satu jenis resistor variabel. Yaitu resistor yang nilai tahanannya bisa di ubah-ubah dengan cara memutar tuas dari potensio kekanan atau kekiri. Fungsi dari potensiometer adalah mengatur nilai tahanan pada suata alat atau rangkaian, agar bisa dikendalikan sesuai keinginan kita. Misalnya adalah pemasangan potensio volume pada tone control atau power amplifier. Tanpa potensio, maka sinyal suara audio akan langsung keras terdengar melalui speaker. Karena tidak adanya pengaturan nilai tahanan di input power amplifier atau tone control. Dengan dipasangnya potensio pada input power amplifier, maka sinyal suara audio yang masuk, bisa di atur tingkat kekerasannya atau kebisingannya. Yaitu dengan mengatur nilai resistansi pada inputnya. Jika pada tone control, maka bisa untuk mengatur nada bass, middle dan treblenya. Tapi bukan sekedar itu, potensio ternyata ada jenisnya loh
Terus apa hubungannya dengan judul posting diatas mas? Ada, yaitu perbedaan perubahan resistansi setiap potensio diatas berbeda. Yaitu berubah secara linier atau logaritmik. Terus, kenapa harus dibahas? Ya, ini penting, agar kita tahu potensiometer yang mana, yang cocok untuk kita gunakan sebagai pengatur nada atau volume. Dengan cara mengetahui perbedaan perubahan resistansinya.
Ada 2 macam potensiometer yaitu potensio liner dan logaritmik. Kemudian potensio logaritmik dibagi 2 lagi menjadi potensio logaritmik dan anti logaritmik atau reverse log. Berikut sedikit penjelasannya.
● Potensio Linier.
Potensio linier bekerja berdasarkan ratio 1:1 antara pemutaran pot dan nilai outputnya. Potensio jenis linier ini paling banyak dipakai dan banyak ditemukan dipasaran. Jika menggunakan potensio jenis linier ini untuk volume, maka biasanya akan terasa lompatan volume yang cukup besar, menjelang akhir putaran potensio. Oleh karena itu potensio linier sering digunakan untuk tone control sebagai pengatur nada bass, middle, treble. Potensio linier biasanya ditandai dengan huruf B atau Lin. Misalnya potensio B50K, B100K, B250K, dll. Berikut adalah karakteristik atau kurva dari potensio linier.
● Potensio Logaritmik.
Ada dua jenis potensio logaritmik yaitu:
1. Potensio logaritmik.
Potensio logaritmik bekerja berdasarkan kurva logaritmik tertentu. Potensio logaritmik memiliki kurva penambahan volume yang terasa lebih halus atau smooth. Dimana perubahan output pada posisi knob 0 ke 5, tidak sedrastis seperti pada posisi knob 7 ke 10. Biasanya digunakan untuk potensio volume dan potensio gitar. Potensio logaritmik biasanya ditandai dengan huruf A atau Aud. Misalnya potensio A50K, A100K, A250K, dll. Berikut adalah karakteristik atau kurva dari potensio logaritmik.
2. Potensio anti logaritmik/reverse log.
Potensio anti logaritmik/reverse log yaitu jenis potensio dengan reverse taper, yang pergerakan kurvanya merupakan kebalikan dari potensio logaritmik taper. Cukup jarang ditemukan di indonesio, karena penggunaannya yang jarang digunakan untuk perangkat umum dan perubahan nilai resistansinya yang kebalik, membuat jenis potensio ini jarang dipakai. Biasanya lebih sering digunakan untuk potensio gitar khusu kidal (lefthanded). Potensio reverse log biasanya ditandai dengan huruf C. Misalnya potensio C50K, C100K, C250K, dll. Berikut adalah karakteristik atau kurva dari potensio reverse log.
Jadi bisa disimpulkan bahwa perbedaan dari ketiga potensio diatas adalah perubahan nilai resistansinya, dari putaran 0 ke 100%. Jika digabungkan dari ketiga kurva potensio diatas, maka akan terlihat jelas perbedaannya.
Dengan mengetahui perbedaan jenis potensio diatas, diharapkan dapat memahami fungsi dan karakteristik dari masing-masing potensio diatas. Sehingga dapat memudahkan kita dalam memilih jenis potensio mana yang cocok untuk keperluan audio sound system kita. Dan tidak terpaku pada satu jenis potensio saja. Jadi potensio logaritmik lebih cocok digunakan untuk pengaturan volume, karena karakternya yang halus atau smooth. Kemudian potensio linier cocok digunakan untuk tone control, untuk pengaturan nada bass, middle dan treble. Tapi bukan berarti potensio linier tidak bisa dipakai untuk volume ya he..he.. Tetap potensio linier bisa dipakai untuk segala keperluan. Semoga bermanfaat.